Wednesday, January 8, 2014

Sir Alex, Moyes, dan Manchester United

Sejujurnya, gua bukan fans MU, dan ya gua sangat membenci mu. Bukan karena trofi EPLnya lebih banyak dari Liverpool -mungkin itu salah satunya- gua cuma membenci beberapa fansnya yang terlalu jemawa beberapa musim belakangan. Apalagi dengan hastag #Champ19ns dan #Champ20ns.
Tapi, selepas peninggalan sir Alex, terlihat beberapa kemerosotan bukan hanya kemerosotan peringkat, lebih parah mungkin kemerosotan respect fans MU sendiri, dengan hastag #InMoyesWeTrust. Sungguh sarkasme yang luar biasa ditunjukan fans MU.

***

"Sir alex diserahi tim "bobrok". Moyes diserahi tim "juara"." Begitu kata mereka.

Percaya gak percaya, mungkin itulah jawaban dari semua persoalan yang dihapadi MU saat ini.

Saat sir Alex diserahi tim bobrok, tentu aja sir Alex bebas melakukan perombakan dan lain lain dan lain lain. Para pemain, para staff sepenuhnya percaya pada kemampuan sir Alex. Tanpa ada rasa nggak percaya pada kemampuan sir Alex, semua mengikuti instruksi sir Alex. #AllHailSAF

Kita liat ke era moyes, yang belum genap 1 musim. Kenapa dia begitu susah menyatukan sebuah tim bernama Manchester United?

Rasa percaya. Itu masalahnya.

Saat Moyes diserahi komposisi tim juara, mungkin itu bukan kondisi terbaik yang di dapat Moyes. Rasa nggak percaya karena sir Alex udah ga ngelatih mereka, diperparah para pemain juara ini harus nurut sama pelatih yang notabenenya musim sebelumnya, tim -everton- yang dilatih pelatih ini pegang ada di bawah MU. Rasa ngga percaya inilah yang menjadikan pemain memiliki pandangan skeptis tentang David Moyes. Fellaini yang diboyong dari everton diharapkan bisa merubah pandangan skeptis malah bermain kurang baik separuh musim ini.

Sir Alex dan David Moyes, gua percaya keduanya adalah pelatih yang berkualitas. Masalahnya adalah, gimana lingkungan sekitar menanggapi. Gua percaya banget Moyes udah do the bestnya dia, mungkin respon staff dan pemainnya yang kurang. Semoga di paruh kedua musim ini, MU bisa memberikan sedikit rasa deg-degan di kompetisi EPL.

***

Tulisan ini ditulis dengan seobjektif-objetifnya dari cara pandang gua. #InMoyesWeTrust !!! :)))

Thursday, January 2, 2014

Happy new year 2014!

Pertama gua ucapin selamat tahun baru 2014. Buat yang ngerayain aja, karena mungkin ada beberapa orang yang ga ngerayain tahun baru masehi.

Tahun baru, identik banget tentang resolusi dan merefleksikan kejadian tahun lalu, dan berusaha jadi orang yang lebih baik. Wait, berapa banyak orang yang berhasil menuntaskan resolusinya? Ga sebanyak orang obesitas di indonesia pasti.
Resolusi, sebenernya gua gapaham juga maksud dari kata itu, setau gua itu adalah wacana untuk menjadi lebih baik. Jujur gua punya pengalaman buruk, ga buruk cuma kurang baik, tentang resolusi. Bukan cerita yang terlalu lama, kurang lebih kemarin lah.
---
Kevin Jordanus, yang sangat terobsesi dengan kehidupan kakak-kakak gemes yang hidupnya "drive-smoke-sex". Menurut gua keren aja, orang-orang yang kayak gitu, mungkin mereka gapunya orang tua, but who cares? They still pretty famous. Semua orang mau terkenal, semua orang mau dikenal banyak orang.

Gua gatau sih motivasi orang jadi terkenal itu apa, tapi... mungkin, biar banyak yang mention di soc-med, biar pemakamannya rame, biar kalo kemana-mana ada yang ngajak foto dan banyak lagi, dan banyak lagi. Tapi buat gua itu gaterlalu penting. Balik lagi soal kehidupan kakak-kakak famous.

Gua jujur, pengen banget kayak gitu. Tapi gua gabisa, mungkin gua sengaja gamau. Pengennya sih di tahun ini gua bisa kayak kakak-kakak famous itu. Cih. Lol, jk. Akhirnya gua menyadari, gua gabutuh yang kayak gitu, setelah gua menghabiskan taun baru bersama KBEntertaiment crew ( suatu hari mungkin bisa dibahas. -@kurangbuahagia- ). Mereka, kumpulan orang-orang yang gacocok dipanggil orang, mereka punya kelainan dalam hal delusi dan ngerjain orang.

Then, resolusi gua menjadi kakak-kakak famous ancur dalam beberapa jam, mungkin menit. Tapi disisi lain, gua bakal famous dengan cara gua.
---
Akhir kata, sukses semuanya dengan resolusi kalian di tahun ini.

"Manusia tidak merubahmu, tapi lingkunganmu yang merubahmu" -Kevin Jordanus, Filocinafis.