Saturday, August 16, 2014

Anak Bangsa

Selamat hari kemerdekaan yang ke-69, Indonesia ku!

Tulisan ini bukan tanpa sebab gua tulis, gua hanya miris ketika gua buka timeline twitter gua, banyak anak bangsa yang nge-post "independent day" dan hal hal lainnya yang berbau barat.

Ini tanah kita, ini budaya kita.

Ketika orang-orang berkoar dengan bahasa yang mereka anggap keren, sampe pagi ini gua belum liat ada yang nulis "selamat hari kemerdekaan" pake bahasa daerah, sedih, tapi beginilah anak bangsa, budayanya tergerus budaya seberang.

Ini tanah kita, identitas kita.

Ketika orang-orang dari negeri seberang sibuk menggerus budaya kita bahkan identitas kita, penggalan lagu ini mengingatkan gua.

"Indonesia tanah air beta pusaka abadi nan jaya"

Indonesia ini pusaka kita, identitas kita.

-

Temen gua pernah kirim lagu, semacam rekaman gitu kayaknya. Itu lagu Indonesia Raya. Yang gua inget, lagu itu dinyanyiin dengan semangat banget. Beda sama anak bangsa kekinian, yang mungkin bahkan mereka udah gainget lirik indonesia raya, bahkan pancasila masih harus mengingat-ingat.

Ini bukan tentang siapa mereka, tapi ini tentang siapa kita, siapa bangsa ini.

Sekali lagi, selamat hari kemerdekaan yang ke 69, tanah air ku, indonesia ku.

Wednesday, August 6, 2014

Wah, bro! Lo cina?!

Selamat datang kembali, seperti biasa, semoga keadaan kalian semua baik-baik saja dan tentunya tidak kehilangan jati diri.

Baru aje gua makan saya temen gua yang sama-sama peranakan tionghoa, akhirnya gua cerita tentang gebetan, anggep aja gebetan gua ini anak baru di SMA BM, anggap saja. Trus dia kaget, "wah gila! Cokin-cina- abis nih!". Emang bener sih, cewe ini cokin abis, trus dia bilang, "yah iye dul, nyokap gua juga minta nyarinya yang cokin". Setelah lalu tentang gebetan, akhirnya gua ngomongin krisisnya identitas gua sebagai peranakan cina, kok gua malah mirip pribumi. Gua bingung, bingung banget.

Akhirnya setelah ngomong panjang lebar, ternyata gua sadar, yang mengkikis identitas gua bukanlah faktor intern, tapi faktor ekstern. Sebagai contoh, percaya gak percaya, cokin yang pernah sekolah di negeri, pasti sedikitnya ada kecokinannya yang tersisih. Terus, makin banyak lu bergaul sama orang-orang yang non-cokin makin hilanglah kecokinan lu. Sebenernya gua ga masalah mau sekolah dimana kek, gaul ama siapa kek. Tapi sebagai peranakan, pertanyaan "wah, bro! Lo cina?!" Sangat menyayat hati, berasa gua gaada cina-cinanya.

Semoga hidup anda sebagai peranakan menyenangkan! Pamit dulu!