Tuesday, March 8, 2016

Pilihan Orang Lain.

Jakarta, 8 maret 2016.
17.42 WIB

Gue lagi dalam perjalanan pulang dari Jakarta ke Depok. Kemudian, seperti biasa otak gue memikirkan sesuatu di kondisi yang tidak nyaman.

Gue rasanya iri sama orang-orang yang mememercayai agama. Rasanya kangen juga, mendapat sesuatu yang mereka yakini memberikan ketenangan batin. Iya, serindu itu.

Juga, memilki sandaran ketika dihadapkan dengan masalah-masalah, mandapat kalimat "udah, serahin ke Tuhan aja. Dia pasti sanggup kok menyelesaikan masalah." Yang jika ada orang yang ngomong gitu ke gue sekarang, mungkin gue akan ketawa dan menganggap itu cuma kalimat template.

Dan momen momen lainnya. Yang kalo dipikir-pikir, mirip juga sama hubungan sama mantan. (Duh)

Gue emang belum lama jadi penganut irreligi. Tapi, thats fit me better than having any religion. Gue gak bilang punya agama buruk, tapi, irreligi jauh lebih baik setidaknya untuk gue.

Gue jadi lebih lega dalam setiap tindakan gue, karena gue melakukan sesuatu bukan untuk mendapatkan surga, dan ketika gue gak melakukan sesuatu bukan karena gue takut neraka. Semua didasari hati nurani dan tentu pertimbangan-pertimbangan yang menurut gue menguntungkan gue.

Jujur, gue paham gimana rasanya ingin kembali memeluk agama.

Tapi, satu hal. Jika gue nanti kembali memeluk agama lagi, rasanya diri gue gak akan sama lagi seperti sebelum menjadi penganut irreligi.

Alasan gue bukan alasan template remaja yang menolak balikan sama mantan, bukan karena gue tau ujungnya akan sama. Tapi karena gue tau, gue gak akan utuh memeluk agama itu.

Lagian, gue gak mau mempertahankan sesuatu yang bukan pilihan gue, gue bukan pemuas ego masyarakat. Gue hanya akan mempertahankan apa yang jadi pilihan gue, im just utilitarian's slave.

Untuk para pemeluk agama, ada catatan yang perlu kalian tau. Ada banyak alasan kuat kenapa gue meninggalkan agama, dan alasan itu lebih kuat daripada tawaran masuk surga bersama dengan salah satu agama.

So, cheers!