Apa kabar?
Kemarin aku membongkar album-album fotomu, dan
beberapa barang milikmu, sih. Foto-foto di album itu sudah banyak yang rusak,
beberapa hanya pudar di ujung-ujungnya, lainnya sudah habis rusak tidak
berbekas karena anak-anakmu tidak becus menjaga barang milik ayahnya sendiri.
Aku masih bingung, ternyata rumah yang aku tempati sekarang pernah sebegitu
ramai dan masih tetap rapih, entah apa yang kamu ucapkan waktu itu, tapi aku
kagum. Maaf, aku terlambat menyadari betapa pentingnya kerapihan untukmu.
Tahun ini aku sudah 20 tahun, maaf hanya sekali
berziarah ke makammu tahun ini. Aku sibuk. Juga, Bandung, walaupun tidak
semenyenangkan itu, ada beberapa hal yang membuatku betah di sana. Maaf jaang
pulang ke rumah. Toh kamu juga sudah gak di sini kan?
Sekarang di rumah ada anjing, namanya Sam. Tentu saja
makin berantakan, tapi istrimu senang kok dengan kehadiran Sam, agar ada yang
menemani katanya. Ingin aku bereskan rumah ini, sungguh. Di beberapa sudut
sudah banyak jaring laba-laba, di sudut lainnya tumpukan debu. Aku bingung,
anak-anakmu yang sudah sukses itu lupa bahwa rumah tempat mereka kecil itu
butuh dirawat juga. Yah, mungkin untuk mereka, rumah ini tidak lebih dari
sekedar properti yang akan dijual setelah kematian istrimu. Miris ya.
Oh, kemarin, saat melihat tumpukan fotomu, aku jadi
takut. Rasanya, kamu pernah ada di tempat yang semua orang inginkan. Aku takut,
dengan jalan yang sedang aku lewati, apabila ternyata ujungku bukan di tempat yang sama
seperti mu. Aku takut, ketika aku menginjak umur yang sama sepertimu, hal yang
sama hanya kebiasaan merokok dan ngopi saja. Ya memang bukan kamu sih yang
memberikan beban itu kepada ku, tapi kamu satu-satunya laki-laki yang aku rasa
pantas untuk aku lampaui.
Sebentar lagi 2018, artinya sudah hampir 16 tahun kamu
meningalkan rumah. Semoga, aku bisa mengurusi rumah ini, setidaknya mengurusi
kebun yang sudah lama tidak diolah itu. Duh, tulisanku semrawut sekali, maaf.
Aku hanya ingin menumpahkan semuanya kepadamu. Oiya, ada seseorang yang aku
ingin kenalkan kepadamu, kami bertemu di Bandung, dia teman seangkatanku. Nanti
aku ajak dia ziarah ke makammu, ya semoga saja kamu gak mempermasalahkannya,
ya.
Rasanya aku juga sudah mengerti ucapanmu tentang jadi orang
baik. Aku paham, dan aku sedang menjalaninya. Sama sepertimu, meskipun di KTP
agamamu adalah buddha, tapi kamu tidak pernah sembahyang dengan cara yang
dilakukan orang-orang buddha pada umumnya kan? Yang terpenting untukmu adalah
berbuat baik. Aku jadi ingat cerita saat kamu membebaskan agama apa yang akan
anak-anakmu anut, tapi pada akhirnya mereka yang memaksamu untuk ikut agama
mereka, gila. Padahal kamu mah bebas aja mau agama apa yang penting kan berbuat
baik. Ngga, aku gak lagi ngetawain apa yang kamu anut, aku juga sedang
melakukan itu, kok. Sayang maut membuatmu gentar ya, ah tapi tidak apa. Aku
dengar-dengar Yesus juga suka ngopi, jadi kalian bisa menghabiskan sore hari
kalian untuk ngopi bersama kan?
Aku sedang terbentur, mungkin sengaja membenturkan
diri. Aku ingin terbentuk sama seperti kamu terbentuk, mungkin lebih baik lagi.
Mungkin ada baiknya kamu sudah tidak di rumah. Mungkin
tulisan ini tidak akan pernah aku tulis kalau kamu masih di rumah, dan mungkin
aku tidak tau caranya jadi manusia. Aku jadi ingin bersyukur saja, kepergianmu
dari rumah membuatku banyak belajar jadi manusia. Potret lawasmu menunjukan
betapa kamu telah menjadi manusia yang utuh. Kong, kamu harus tau betapa aku selalu mengejar sosokmu, kamu
adalah patokanku untuk menjadi manusia.
Ah, jadi lupa memberitahu kabar ku. Aku baik-baik
saja, jangan khawatir. Tapi, mungkin aku menyusulmu agak lama, ya. Masih ada
yang ingin aku kejar di sini, sosokmu saat berada di rumah.
Dari satu-satunya cucumu yang selalu memalak teh sore milikmu
Si preman tanah abang
Kevin Jordanus.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete