It's been a long time since you came here. How are you, God?
Tampaknya dunia ini ngga berjalan seperti keinginanMu deh. Dunia ini sudah melenceng terlalu jauh. Eh tunggu, apa mungkin itu keinginanMu?
Banyak orang yang menulis. Katanya mendapat ilham dariMu. Mulai dari Musa sampai orang-orang yang mengaku Kamu ajak ke surga.
Ya aku sih ga mikirin yang kayak gitu. Toh bukan urusanku juga. Iyakan?
Dunia ini kacau, menurutku sih.
Lihat saja, perang di mana-mana, orang-orang yang dicap buruk oleh masyarakat malah makin menjadi, ekonomi masyarakat dunia tidak stabil. Kalau menurutMu itu tidak cukup kacau sih, gapapa. Kan Kamu Tuhan. Kamu yang paling bener, uhm... paling bener setelah perempuan yang lagi menstruasi. Ya.
Jadi, bagaimana kabar Mu, kawan lama?
Apa Kamu sudah menjadwalkan akan mampir ke dunia yang kacau ini? Atau malahan Kamu sedang sibuk? Mencoba merapihkan kekacauan yang ciptaanMu buat? Kalau iya, cepat rapihkanlah, banyak orang mulai muak. Muak terhadap sesamanya. Dan ga sedikit orang yang mulai muak terhadapMu, malahan mereka meragukan keberadaanMu. Duh. Sabar ya, Kawan.
Sebenarnya aku sudah tidak sabar ingin bertemu denganMu, kawan. Tapi suruhanMu itu yang Kamu beri nama Maut, lama sekali menjemputku. Kamu sudah berikan alamat yang benar kan? Semoga saja dia tidak nyasar ya, Kawan.
Di sana aman? Di surga maksudku, apa di sana aman? Soalnya kalau di sini, yang diberi keamanan cuma beberapa orang, dan sialnya lagi orang yang diberi keamanan di sini adalah orang-orang bangsat. Duh, aku sudah muak, Kawan.
Yah, semoga Kamu cepat mampir ke sini. Nanti kalau Kamu sudah sampai, bolehlah Kamu telfon aku. Nanti akan aku berikan alamatku, apa mau aku jemput saja? Biar nanti Kamu bisa rasakan betapa macetnya kota tempatku tinggal.
Nanti kalau Kamu sudah mampir, akan aku traktir. Kau tinggal pilih saja. Mau 14045 atau 14022.
Hmm
ReplyDeleteIsinya menggambarkan sebuah harapan semu diantara kekecewaan dan putus asa.
Kapan-kapan mampir sini. Tempatku tak jauh dari tempatmu. Kita akan berendam di dalam kolam kesengsaraan, lalu menangis penuh luka. Tenang saja kawan. Bagi mereka, ini hanyalah hiburan.