Untuk seseorang yang telah tiada, akong.
Sudah sekitar 17 tahun, akong gak di sini, gak di bumi ini. Gimana kabarnya? Baik?
Apa di sana Tuhan memberi uang saku untuk sekadar membeli kopi dan rokok yang jadi kesukaanmu di sini? Atau malah Dia yang mentraktirmu dua hal kesukaanmu itu?
Sekitar 17 tahun juga, 2 dari 4 anakmu yang laki-laki berhenti merokok. Kata mereka, rokoklah yang membuatmu meninggal. Padahal memang ajal yang sudah menjemputmu kan?
Di sini, saya kesepian, kong. Gaada yang ajak keliling jakarta tiap hari sabtu. Gaada juga yang ngajarin saya gambar arsitektur yang dulu akong tekuni. Atau sekedar minum teh bareng tiap sore setelah akong balik ngantor. Tapi gapapa, akong masih bisa melanjutkan hal-hal tersebut bersama-Nya kan? Apa Dia suka akong ajari gambar?
Sekarang saya sudah hampir 18 tahun. Sekarang saya sudah sedikit-sedikit cari kerja, saya juga sudah kenal rokok yang kata anak-anakmu jadi sebab kematianmu, saya juga suka gambar dan minum kopi. Akong bangga kan saya seperti itu? Saya juga bangga kok.
Ah, daritadi hanya saya yang cerita.
Jadi, bagaimana rasanya meninggalkan bumi? Apa ramai di tempatmu yang sekarang? Apa banyak lansia lansia di tempatmu yang suka gambar dan minum kopi? Apa kau kesepian? Kalau akong kesepian, ajak saja Tuhan berjalan-jalan keliling komplek. Siapa tau Dia suka.
Eh ya, kong. Apa akong sudah beli paket data? Kan saya tulis ini via blog. Kalau gaada paket data mana bisa akong akses blog saya. Ya kalau tidak ada, pergi saja ke rumah kawanmu di sana, siapa tau ada yang pasang wi-fi.
Semoga di sana menyenangkan ya. Saya rindu sama akong, tapi belum punya nyali untuk nyusul. Jadi sabar ya, tunggu cucu-mu ini dijemput ajal. Nanti kita bisa merokok dan minum kopi sembari menggambar.
Salam hangat, cucu-mu. Kevin Jordanus.
No comments:
Post a Comment