Ada 2 hal yang paling gua ga suka dari orang-orang. Pertama, sok kritis tapi gapernah nge-research. Kedua, kritis tapi cuma ngomong. Buat gua, orang-orang kayak gitu otaknya gaada, bahasa kerennya brainless.
Kurang lebih seminggu yang lalu U.S.A melegalkan perkawinan sesama jenis. Gua sama sekali ga kepikiran buat speak-up kayak gini, karena kalo gua udah ngomong dan nge-tai-tai-in orang artinya gua gabisa nge-tai-tai-in mereka lagi. Karena pada dasarnya gua suka banget ngetawain orang-orang yang otaknya dikit.
Banyak komentar yang langsung bermunculan dan tentu layak diketawain. Salah satunya dari twitter. Gua ga paham sama orang-orang yang langsung argumen tanpa dipikirin lagi ya kalo emang gabisa dipikirin sendiri, bawa aja argumen lo ke forum debat atau ajak temen lo yang lo rasa cukup paham masalahnya buat tukar pendapat. Dari pada lo ngeluarin argumen mentah.
Homo seksual, kalo ditinjau dari etimologinya; homo: satu, sama, tidak berlainan. Seksual: birahi, nafsu. Jadi homo seksual itu gangguan psikis dimana penderitanya menyukai sesama jenis. Berlaku buat laki-laki (gay) dan perempuan (lesbian).
Topik ini sempet gua omongin di forum, ga sengaja ikutan sih.
Kalo ditanya gay marriage ini salah atau ngga, ya jelas nggak. Tapi inget, nggak salahnya ya di U.S.A gak salah ya karena di sana udah legal. Kalo ditanya di Indonesia... ya salah. Karena belum ada hukum yang mengatur tentang kelegalan pernikahan sesama jenis.
Kemudian, yang paling umum. Dosa gak? Jelas dosa. Di keyakinan yang gua yakinin sih singkatnya gini "God made Adam and Eve, not Adam and Steve." gitu. Ngerti kan?
Satu lagi, perintah Tuhan saat nyiptain adam dan hawa salah satunya kurang lebih gini: "... beranak cucu dan penuhilah bumi.". Gimana caranya beranak cucu kalo homoseks? Karena secara biologis pasangan penis ya vagina. Uhm terlalu vulgar ya? Yaudah. Pasangan sperma ya sel telur. Dan lagipula, sejauh ini gua belom pernah denger atau baca hubungan homoseks berbuah anak.
Untuk yang pro sama pernikahan sesama jenis dengan dasar hukum dan gangguan psikis, it's ok. Case close with you, guys.
Untuk yang kontra dengan dasar nas-nas yang ada di kitab suci. Apa tindakan lo selanjutnya? Apa udah cukup dengan lo speak-up? Biji kuda. Makan tuh omongan. Banyak kok orang-orang homo seks di tempat ibadah, apa lo bakal nyuruh mereka berhenti dateng ke tempat ibadah? Atau lo bakal nyoba ngerehab mereka?
Daripada lo bikin akun-akun yang sok official dan sangat memotivasi dengan kata-kata indah nan suci di line, mending lo ngerehab mereka. Dengan apa? Dengan coba buat komunitas yang membangun dan menyadarkan mereka.
Ga harus komunitas yang rohani banget, kok. Komunitas biasa aja, tapi yang gendernya lengkap, ada cewe ada cowo, dan yang bisa buat mereka nyaman, bukan nyaman dengan kelaianan orientasi seksualnya tapi nyaman karena gaada penolakan tentang orientasi seksualnya.
Ya semoga sih gaada orang-orang dengan mindset, "uh, gua gaboleh temenan sama homoseks nih. Haram haram.". Karena terkadang kita butuh mereka lho. Terkadang aja.
---
Sampai kapanpun dunia dan pengetahuannya akan selalu bertolak belakang dengan agama dan segala pengertiannya.
Dalam ngambil kesimpulan, coba ambil dari 2 perspektif atau lebih. Tapi dalam ngambil keputusan, pastikan lo cuma ngambil dari satu perspektif.
Gua untuk urusan pernikahan sesama jenis, jelas gua kontra. Kontra tanpa bermaksud mengucilkan mereka dari masyarakat. Karena kontra gak harus menolak secara vulgar kan? Ya.
Lagipula, selain gua masih jadi pendosa , siapa gua sampe gua menolak mereka karena orientasi seksual mereka. Menteri juga bukan. Lagian, yang Tuhan benci itu dosa, bukan pendosa.
Karena saat lo ngambil perspektif, balik lagi perspektif siapa yang lo ambil. Perspektif Tuhan atau perspektif dunia. Karena gaada perspektif Tuhan yang kedunia-duniaan dan sebaliknya.
Best regards, Kevin Jordanus.
Editorial credit: Leonel Steven & David Renato
Gue lagi ngestalkin lu ya, tulisanlu memukau sekali
ReplyDelete